Kamis, 08 Oktober 2009

TANDA ORANG YANG SHALATNYA DITERIMA


Saya akan memulai pembahasan ini dengan hadits-hadits Rasulullah saw yang ada hubungannya dengan shalat dan ada pula hubungannya dengan kemasyarakatan.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda, “Akan datang suatu zaman dimana orang-orang berkumpul di masjid untuk shalat berjamaah tetapi tidak seorangpun diantara mereka yang mukmin.”
Rasulullah dalam kesempatan lain juga bersabda, “Nanti akan datang suatu zaman dimana seorang muazin melantunkan azan, kemudian orang-orang menegakkan shalat, tetapi diantara mereka tidak ada yang mukmin” (Kanzul Ummal, hadits ke 3110).

Sabda-sabda Rasulullah saw yang mulia diatas jelas menarik perhatian kita. Akan muncul pertanyaan dibenak kita, “Mengapa shalat yang mereka lakukan tidak dianggap sebagai tanda seorang mukmin? Dan mengapa orang yang melakukan shalat di masjid itu tidak dihitung sebagai mukmin?”
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan menunjukkan tanda-tanda seorang mukmin. Shalat bukanlah tanda bahwa seseorang yang melakukannya dapat disebut sebagai mukmin, tetapi ia merupakan tanda bahwa yang melakukannya adalah seorang muslim. Oleh karena itu, tanda seorang mukmin ialah selain shalat masih ditambah lagi dengan syarat yang lainnya.

Saya ingin menyebutkan karakteristik seorang mukmin yang dimuat dalam Shahih Bukhari. Rasulullah saw yang mulia bersabda :
Pertama, barang siapa yang beriman (mukmin) kepada Allah swt dan hari akhir, hendaknya dia menghormati tetangganya.
Kedua, barang siapa yang beriman kepada Allah swt dan hari akhir, hendaknya dia senang menyambungkan tali persaudaraan.
Ketiga, barang siapa yang beriman kepada Allah swt dan hari akhir, hendaknya dia berbicara dengan benar; dan kalau tidak mampu berbicara dengan benar, maka lebih baik diam.
Keempat, tidak dianggap sebagai orang beriman (mukmin) apabila seseorang tidur dalam keadaan kenyang, sementara ada tetangganya yang sedang kelaparan.

Dengan hanya mengambil empat macam hadits diatas, anda melihat bahwa tanda seorang mukmin itu terlihat dari tanggung jawab di tengah-tengah masyarakatnya. Kalau dia menghormati tetangganya, menyambungkan tali persaudaraan, berbicara dengan benar, dan memiliki kepedulian atas penderitaan yang dialami saudara-saudara di sekitarnya, maka barulah dia boleh dikatakan sebagai seorang mukmin.

Jadi dengan kata lain, Rasulullah saw menjelaskan bahwa nanti akan datang suatu zaman, orang-orang berkumpul di masjid untuk mendirikan shalat tetapi tidak akur dengan tetangganya, tidak menyambungkan tali persaudaraan diantara kaum muslim, mereka saling melancarkan fitnah dan tuduhan yang tidak layak terhadap kaum muslim, dan acuh tak acuh terhadap penderitaan yang dirasakan oleh sesamanya. Kata Rasulullah saw, mereka adalah orang-orang yang melakukan shalat, tetapi sebetulnya tidak dihitung sebagai orang yang melakukan shalat.
Rasulullah saw dalam sabdanya yang lain, “Ada dua orang umatku yang melakukan shalat, yang rukuk dan sujudnya sama, akan tetapi nilai shalat kedua orang itu jauhnya seperti langit dan bumi.”

Dalam hadits qudsi, juga disebutkan mengenai orang-orang yang diterima shalatnya oleh Allah swt, “Sesungguhnya Aku (Allah swt) hanya akan menerima shalat dari orang yang dengan shalatnya itu dia merendahkan diri di hadapanKu. Dia tidak sombong dengan makhlukKu yang lain. Dia tidak mengulangi maksiat kepadaKu. Dia menyayangi orang-orang miskin dan orang-orang yang menderita. Aku akan tutup shalat orang itu dengan kebesaranKu. Aku akan menyuruh malaikat untuk menjaganya. Dan kalau dia berdoa kepadaKu, Aku akan memperkenankannya. Perumpamaan dia dengan makhlukKu yang lain adalah seperti perumpamaan firdaus di surga.”
Dalam hadits qudsi tersebut disebutkan bahwa tanda-tanda orang yang diterima shalatnya oleh Allah swt, adalah:

Pertama, dia datang untuk melaksanakan shalat dengan merendahkan diri kepadaNya. Dalam Al-Quran, keadaan seperti itu disebut dengan khusyu. Dan shalat yang khusyu adalah salah satu tanda orang yang mukmin. Yang disebut dengan shalat yang khusyu itu bukan yang tidak ingat apapun. Karena orang yang tidak ingat apapun itu disebut pingsan.

Kedua, dia tidak sombong dengan makhlukKu yang lain. Jadi tanda orang yang diterima shalatnya ialah tidak takabur. Takabur menurut Imam Al-Ghazali, ialah sifat orang yang merasa dirinya lebih besar dari pada orang lain. Kemudian ia memandang enteng orang lain itu. Boleh jadi ia bersikap demikian dikarenakan ilmu, amal, nasab atau keturunan, kekayaan, pangkat, jabatan, atau bahkan kecantikan. Kalau anda merasa besar karena memiliki hal-hal itu dan memandang enteng orang lain, maka anda sudah takabur dan shalat anda tidak diterima. Dan anehnya, sering kali sifat takabur ini menghinggapi para aktivis masjid atau aktivis kegiataan keagamaan. Mereka biasanya takabur dengan ilmunya dan menganggap dirinya paling pintar.

Ketiga, tanda orang yang diterima shalatnya ialah orang yang tidak mengulangi maksiatnya kepada Allah swt. Nabi saw yang mulia bersabda, “Nanti pada hari kiamat ada orang yang membawa shalatnya kehadapan Allah swt. Kemudian shalatnya diterima dan dilipat-lipat seperti dilipat-lipatnya pakaian kotor lalu shalatnya itu dilemparkan ke wajahnya” Allah swt tidak menerima shalat itu karena shalatnya tidak dapat mencegah perbuatan maksiatnya. Bukankah Al-Quran telah menegaskan , …. Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar…. (QS 29:45).

Keempat, orang yang diterima shalatnya ialah orang yang ada kepedulian terhadap orang-orang miskin, orang yang menderita karena sedang ditimpa musibah. Kalau diterjemahkan dengan kalimat modern, hal ini berarti orang yang mempunyai solidaritas sosial. Dia bukan hanya melakukan rukuk dan sujud saja, tetapi dia juga memikirkan penderitaan sesamanya.

Sebagai penutup tulisan ini marilah kita menyisihkan sebagian rejeki yang telah Allah berikan kepada kita demi meringankan beban saudara-saudara kita yang sedang ditimpa musibah. Walaupun sedikit kalau kita ikhlas, maka Allah swt akan memberikan imbalan yang besar nilainya. Karena Allah swt hanya akan menerima amal yang ikhlas dari hambanya.
Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar: